TUANKU IMAM BONJOL

TUANKU IMAM BONJOL

User Aja
Oct 18, 2020
  • 3.4 MB

    Tamanho do arquivo

  • Android 5.0+

    Android OS

Sobre este TUANKU IMAM BONJOL

App berisi sejarah dan biografi Tuanku Imam Bonjol, pahlawan nasional Indonésia

Muhammad Shahab atau lebih dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol adalah seorang ulama, pemimpin, sekaligus pejuang yang tercatat dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Ia memiliki peran penting dalam melawan Belanda ketika Perang Padri yang terjadi pada 1803 hingga 1838.

Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat, pada 1772. Ia merupakan anak dari pasangan Bayanuddin dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki. Sebagai anak seorang anak alim ulama, Imam Bonjol tentu dididik dan dibesarkan dengan napas Islami.

Sejak 1800 hingga 1802, Imam Bonjol menimba dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam di Aceh. Usai menuntaskan masa pendidikannya, ia pun mendapat gelar Malin Basa, yakni gelar untuk tokoh yang dianggap besar atau mulia. Sebelum berperang melawan pasukan Hindia-Belanda, Imam Bonjol terlebih berseteru dengan kaum adat.

Ketika itu, kaum Padri yang di dalamnya juga termasuk Imam Bonjol hendak membersihkan dan memurnikan ajaran Islam yang cukup banyak diselewengkan. Kala itu, kalangan ulama di Kerajaan Pagaruyung menghendaki Islam yang sesuai dengan ahlus sunnah wal jamaah dan berpegang teguh pada Alquran serta sunah-sunah Rasulullah SAW.

Dalam proses perundingan dengan kaum adat, tidak didapatkan sebuah kesepakatan yang dirasa adil untuk kedua belah pihak. Seiring dengan macetnya perundingan, kondisi pun kian bergejolak. Hingga akhirnya, kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada 1815. Pertempuran pun pecah di Koto Tangah, dekat Batu Sangkar.

Pada Februari 1821, kaum adat yang tengah digempur menjalin kerja sama dengan Hindia-Belanda untuk membantunya melawan kaum Padri. Sebagai imbalannya, Hindia-Belanda mendapatkan hak akses dan penguasaan atas wilayah Darek (pedalaman Minangkabau). Salah satu tokoh yang menghadiri perjanjian dengan Hindia-Belanda kala itu adalah Sultan Tangkal Alam Bagagar, anggota keluarga dinasti Kerajaan Pagaruyung.

Kendati disokong oleh kekuatan dan pasukan kolonial, dalam peperangan, kaum Padri tetap sulit ditaklukkan. Oleh karena itu, Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch mengajak pemimpin kaum Padri yang kala itu telah diamanahkan kepada Imam Bonjol untuk berdamai. Tanda dari perjanjian damai tersebut adalah dengan menerbitkan maklumat Perjanjian Masang pada 1824.

Namun, pemerintah Hindia-Belanda memang tidak sungguh-sungguh memiliki iktikad baik dan ingin berdamai dengan kaum Padri. Hindia-Belanda melanggar kesepakatan damai yang telah mereka buat dengan kaum Padri dengan menyerang Nagari Pandai Sikek.

Pada 1833 kondisi peperangan pun berubah. Kaum adat akhirnya bergabung dan bahu membahu dengan kaum Padri melawan pasukan kolonial. Bersatunya kaum adat dan Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Puncak Pato di Tabek Patah. Dari sana lahirlah sebuah konsenus adat basandi syarak, yakni adat berdasarkan agama.

Bergabungnya kaum adat dan kaum Padri tentu semakin menyulitkan pasukan Hindia-Belanda. Kendati sempat melakukan penyerangan bertubi-tubi dan mengepung benteng kaum padri di Bonjol pada Maret hingga Agustus 1837, hal tersebut tak mampu menundukkan perlawanan kaum Padri. Hindia-Belanda bahkan tiga kali mengganti komandan perangnya untuk menaklukkan benteng kaum Padri tersebut.

Sadar bahwa taktik dan strategi perangnya kalah oleh kaum Padri, pemerintah Hindia-Belanda pun mengambil jalan pintas. Pada 1837 mereka mengundang Imam Bonjol sebagai pemimpin kaum Padri ke Palupuh untuk kembali merundingkan perdamaian.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Hindia-Belanda memanfaatkan momen perundingan untuk menjerat Imam Bonjol. Sesampainya di Palupuh, Imam Bonjol ditangkap. Tak hanya ditangkap, pemimpin kaum Padri itu pun diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.

Dia sempat dibuang ke Ambon. Pengasingannya terhenti di Lotak, Minahasa, dekat Manado, Sulawesi Utara. Di tempat pengasingannya yang terakhir itu Imam Bonjol menghembuskan napas terakhirnya pada 8 November 1864.

Mostrar mais

Novidades em 1.4 mais recente

Last updated on 2020-10-18
Increase sdk to 30
Mostrar mais

Vídeos e capturas de tela

  • TUANKU IMAM BONJOL Cartaz
  • TUANKU IMAM BONJOL imagem de tela 1

Informações sobre TUANKU IMAM BONJOL APK

Última Versão
1.4
Android OS
Android 5.0+
Tamanho do arquivo
3.4 MB
Desenvolvedor
User Aja
Downloads seguros e rápidos de APK no APKPure
O APKPure usa verificação de assinatura para garantir downloads de APK TUANKU IMAM BONJOL sem vírus para você.

Versões Antigas de TUANKU IMAM BONJOL

APKPure ícone

Baixar de Forma Rápida e Segura via APKPure App

Um clique para instalar arquivos XAPK/APK no Android!

Baixar APKPure
thank icon
We use cookies and other technologies on this website to enhance your user experience.
By clicking any link on this page you are giving your consent to our Privacy Policy and Cookies Policy.
Learn More about Policies