Sejarah Myanmar

Sejarah Myanmar (disebut pula Birma) meliputi kurun waktu sejak berdirinya pemukiman-pemukiman pertama manusia 13.000 tahun yang lampau sampai sekarang. Menurut catatan sejarah, penghuni perdana negeri ini adalah bangsa penutur bahasa Tibeto-Birma yang mendirikan negara-negara kota Pyu sampai ke Pyay di wilayah selatan, dan menganut Agama Buddha Theravada.

Bangsa lain, Bamar, masuk ke daerah hulu Lembah Sungai Irawadi pada permulaan abad ke-9. Bangsa Bamar kelak mendirikan Kerajaan Pagan (1044–1287) yang pertama kali berjaya mempersatukan daerah Lembah Sungai Irawadi dan sekitarnya. Selama kurun waktu inilah bahasa dan budaya Bamar perlahan-lahan menggantikan bahasa dan budaya Pyu. Seusai invasi Monggol pertama atas Birma pada 1287, sejumlah kerajaan kecil, antara lain Kerajaan Ava, Kerajaan Hanthawadi, Kerajaan Mrauk U, dan negara-negara Shan, tampil menjadi kekuatan-kekuatan utama di negeri itu. Zaman kekuasaan negara-negara kecil ini diwarnai oleh persekutuan yang senantiasa berubah-ubah dan peperangan yang tidak berkesudahan.

Pada paruh kedua abad ke-16, Wangsa Taungu (1510–1752) berhasil mempersatukan kembali negeri itu, dan mendirikan kekaisaran terbesar dalam sejarah Asia Tenggara yang berdiri selama kurun waktu yang singkat. Raja-raja Taungu kelak melakukan pembaruan-pembaruan penting di bidang administrasi dan ekonomi yang menghasilkan sebuah kerajaan yang lebih kecil namun lebih tenteram dan makmur pada abad ke-17 dan permulaan abad ke-18. Pada paruh kedua abad ke-18, Wangsa Konbaung (1752–1885) memulihkan kebesaran kerajaan itu, serta melanjutkan karya pembaruan Taungu yang memperbesar kewenangannya sebagai pusat pemerintahan bagi negeri-negeri di sekitarnya dan menjadikannya sebagai salah satu negara paling melek-aksara di Asia. Wangsa Konbaung juga berperang dengan negara-negara jirannya. Perang Anglo-Birma (1824–85) akhirnya menundukkan negara itu di bawah penjajahan Britania.