Lirik Lagu Daerah Toraja

歌詞トラジャ - 北スラウェシあなたのすべてのために最新＆最も完全な特殊

Lirik Lagu Toraja - Sulawesi Utara Terbaru & Terlengkap Spesial Untuk Anda Semua

- Marendeng Maramba

- Sarira Parerung

- Tondok Kadadianku

- Da'na Magiang Penammu

- Dian Ekawati - Tondokku

- mali' penangku

- pa'kaboro'mu

- Siulu

- Kengkuissan (Download)

- Illan Matammu (Download)

- Dana mangiang penangmu (Download)

- Damu padikkina (Download)

- Toraja (Download)

- Apamora tu kasalanku (Download)

- Sabbarako untayanna (Download)

- Malabbina Toraya (Download)

- Ada Cinta di Toraja (Download)

- Diparampo (Download)

- Koboroku (Download)

- Lasi Kamaseanki (Download)

- Trio Ambisi - Toraja (Download)

- Mappakarannu-rannu (Download)

- Patonganna (Download)

- Lembang Sura

- MAngkaranna Puang

- Maleko tangmak pesakbi

- Mali Penangku

- Mataramblla

- Matumbari Mutampena

- Paonganna

- Sabara korendeng

- Sarro Maliku

- Siulu Umba Muola

- Sumpumorannungku

- Tae Padanna

- Tontongko Kukampai

- Kamamaliran

- KeKukilala

- Apamora Tukasalanku

- Sabarako Untayanna

- MalabinaToraya

- Ada Cinta di Toraja

- Diparampo

- Kabboroku

- Lasi kamaseanki

- Trio ambisi-Toraja

- Mupakarannu-rannuna

- Patonganna

- Pitu Buntu Annan Lombok

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.

Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.

Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.