Nujum

Ilmu nujum merupakan ilmu voor meramal akan sesuatu. Ramalan itu lebih berdasarkan peredaran planet, khususnya bintang-bintang, sehingga ilmu nujum ini boleh dikaitkan met astrologi. Pernujuman yang terdapat dalam masyarakat Melayu sebagaimana yang tertulis dalam beberapa buah manuskrip. Aspek pernujuman itu termasuklah melihat baik buruknya nasib seseorang berdasarkan peredaran bintang; baik atau jahatnya hati seseorang, dan keberuntungan pasangan suami isteri berdasarkan peredaran mata angin dan bintang duabelas, meramal jenis manusia serta sifat seseorang wanita berdasarkan abjad nama; ramalan juga dibuat berdasarkan peredarang naga dalam setahun voor menentukan baik buruknya sesuatu perbuatan.

* Telah berkata Syaikh Muhammad Al-Marzuqi dalam Syarhu Natijatil Miqat [شرح نتيجة الميقات]: Bermula awal-awal yang mengajarkan Ilmu Nujum, Nabi Allah Idris Alaihis Salam. Kemudian dari itu maka anaknya yang bernama Astrab [اسطرب]. Kemudian dari itu bersilah-silahan ilmu itu hingga sampai kepada zaman Nabi Allah Nuh Alaihis Salam. Kemudian maka disurat ilmu itu atas bata tanah kerana takut binasa ilmu itu sebab taufan. Setelah sudah taufan maka dikeluar akan ilmu itu. Dan adalah Ilmu Nujum itu betul hingga sampai zaman Nabi Allah Isa Alaihis Salam.

Maka tatkala dibangkit Nabi Allah Isa Alaihis Salam akan Rasul, maka dituduh oleh Yahudi akan dia, hingga dicari oleh Yahudi akan dia, dikehendak bunuh akan dia. Maka lalu mendapat oleh Yahudi akan Nabi Allah Isa Alaihis Salam di dalam satu bilik rumah. Maka menanyai oleh Nabi Allah Isa Alaihis Salam kepada Yahudi, "Siapa yang memberitahu akan dikau akan kami dalam rumah ini?". Maka sahut oleh Yahudi itu, "Aku mengetahui akan dikau dalam rumah ini met Ilmu Nujum.". Setelah itu maka membaca doa oleh Nabi Allah Isa Alaihis Salam demikian bunyinya, "Allahumma awhimhum." [اللهم أوهمهم], yakni "Ya Tuhanku, beri waham oleh-Mu akan mereka itu, ilmu.". Maka sebab itulah tiada betul faham Ilmu Nujum seorang melainkan orang yang tajam aqal lagi zakiy [زاكي] serta mahir ilmu itu. (Tanbih) Tiadalah syak bahawasanya Ilmu Nujum itu bagi Nabi Allah Idris Alaihis Salam itu, wahyu daripada Allah Ta'ala jua.

(Tanbih) Adapun kehasilan kalam Syaikhuna Al-Marzuqi dalam Syarhu Natijatil Miqat bahawa, barang siapa mengi'tiqadkan bahawa nujum itu memberi bekas pada segala perkara dengan tabi'atnya maka ia itu kafirmaij '' Dan barang siapa mengi'tiqad bahawasanya nujum itu memberi bekas akan segala perkara dengan quwwah yang telah menaruh oleh Allah Ta'ala pada nujum maka adalah orang itu fasiq, dan pada kufurnya dua qaul. Dan barang siapa mengi'tiqadkan bahawasanya nujum itu ketiadaan memberi bekas akan suatu, tetapi adalah nujum itu sebab 'adiy [عادي] dan tiada dapat' adat itu bersalahan, maka adalah orang itu jangilatangatangatatatangatatangatatatangatatatangatatatangatatangatatatangatatatangatatatangatatatatangatatangatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatang demikian itu membawa kepada kufur.

(Dan) barang siapa mengi'tiqadkan bahawasanya Allah Ta'ala menjadi akan segala perkara dengan ikhtiar-Nya dan qudrat iradat-Nya daripada nujum, dan tiada jadi dengan nujum, dan tiada dengan quwwah yang menaruh oleh Allah Ta'ala p serta mengi'tiqadkan dapat bersalahan, dan adalah nujum itu dalil dan alamat, maka adalah orang itu mukmin yang mengikut Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. "